Mengenal Frambusia

Frambusia disebabkan oleh kuman Frambusia Treponema pallidum subspesies pertenue dengan manusia sebagai satu-satunya sumber penularan. Masa inkubasi antara 10-90 hari (rata-rata 21 hari). Masa penularan Frambusia bervariasi dan dapat berlangsung lama, dimana lesi Frambusia dapat muncul pada kulit penderita secara intermiten selama beberapa tahun. Lesi Frambusia stadium 1 (primer) merupakan lesi yang sangat menular karena cairan (getah, eksudat) yang keluar dari lesi Frambusia stadium 1 (papula, papilomata, makula dan papiloma ulkus) mengandung banyak bakteri Frambusia. Bakteri Frambusia tidak dapat menembus kulit utuh, tetapi masuk melalui luka lecet, goresan atau luka infeksi kulit lainnya. Bakteri Frambusia yang telah masuk ke dalam tubuh akan berkembang biak dan menyebar dalam sistem peredaran darah. Lesi awal akan menghilang, tetapi kemudian muncul lesi-lesi baru. Apabila lesi tidak mendapat perawatan, dapat menimbulkan kerusakan jaringan kulit lebih luas, bahkan dapat menimbulkan kerusakan pada tulang.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya penularan Frambusia antara lain:

  1. Lingkungan kumuh, hangat dan lembab.
  2. Penularan tinggi pada musim penghujan
  3. Jarang mandi
  4. Bergantian menggunakan pakaian yang sama dengan orang lain atau jarang berganti pakaian
  5. Luka terbuka atau adanya penyakit kulit seperti kudis, bisul, dapat menjadi tempat masuk bakteri Frambusia

Manifestasi klinis Frambusia terbagi dalam beberapa stadium perkembangan, yang ditunjukkan dalam perubahan bentuk lesi yaitu lesi primer, lesi sekunder, dan lesi tersier. Antara lesi primer dengan lesi sekunder terdapat periode laten 1 (2-5 tahun), sedangkan antara lesi sekunder dengan lesi tersier terdapat periode 2 (5-10 tahun).

Stadium Primer

Sekitar 65%-85% lesi primer pada penderita Frambusia timbul pada tungkai dan kaki, sebagian yang lain dapat juga timbul dimuka. Stadium primer diawali dengan timbulnya papul pada tempat masuknya bakteri. Papul dalam bentuk nodul kecil eritematosa (berwarna kemerahan), tidak nyeri (tidak mengeluh sakit ketika ditekan), kadang gatal. Papul timbul antara 9-90 hari (rata-rata 3 minggu) sejak terinfeksi bakteri Frambusia. Papul berkembang menjadi papiloma. Permukaan papiloma menonjol atau sering disebut bertangkai, basah (getah), mudah berdarah, kemerahan dan berbenjol-benjol kecil seperti bunga kol atau rashberry. Getah mengandung banyak bakteri Frambusia. Getah dapat mengering di atas papul atau papiloma membentuk keropeng atau krusta yang menutup papiloma. Lesi ini disebut krusta papilomata. Papul dan papiloma dapat pecah menjadi koreng (ulkus). Dasar koreng cukup dalam (sampai lapisan subkutaneus), berbenjol-benjol seperti permukaan buah rashberry (granulasi) yang biasanya terkonsentrasi di tengah-tengah ulkus, dengan tepi ulkus keras. Beberapa papul atau papiloma menjadi satu membentuk gambaran seperti plak dan dapat pecah membentuk ulkus (chancre of yaws, frambesioma). Satelit-satelit papul juga bisa bermunculan di sekitar ulkus. Kadang-kadang pada stadium ini bisa terjadi demam atau sendi-sendi ngilu disertai pembesaran kelenjar getah bening regional (lipat ketiak, leher, lipat paha). Gejala klinis pada stadium primer dapat dilihat pada Gambar 1. Setelah 3-6 bulan sejak timbulnya lesi, semua lesi dapat sembuh sendiri dengan sisa berupa atropi kulit (kulit menipis dan mengkilat), hipopigmentasi (bercak keputihan seperti panu), atau seperti parut. Keadaan ini disebut stadium laten. Frambusia stadium laten dapat berkembang dan masuk Stadium Sekunder)

Stadium Sekunder

Lesi sekunder adalah munculnya kembali lesi Frambusia baru karena adanya penyebaran bakteri ke dalam peredaran darah dan jaringan getah bening. Lesi ini muncul setelah 2 tahun sejak lesi Frambusia primer, terutama di muka, lengan, tungkai dan pantat, dengan bentuk lesi sama dengan stadium primer. Pada stadium ini, getah bening mengalami peradangan, membesar dan sakit. Timbul rasa nyeri sendi (arthralgia) dan lesi yang merupakan gejala tidak spesifik pada stadium sekunder ini. Lesi dapat terjadi di telapak kaki, permukaan kaki mengalami penebalan (hiperkeratosis), pecah-pecah (fisurasi) dan nyeri, sehingga penderita berjalan dengan posisi aneh (terpaksa), ini disebut “crab yaws”. Lesi dapat juga mengenai tulang muka, rahang dan tungkai bagian bawah berupa peradangan tulang (osteoperiostatis). Kelainan-kelainan yang terjadi pada stadium ini dapat hilang dengan sendirinya, dan sebagian penderita (10%) masuk ke Stadium Tersier yang dapat berlangsung dalam periode waktu 5-10 tahun.

Stadium Tersier

Dalam tahap ini, tulang, sendi dan jaringan yang terserang Frambusia dapat mengalami kerusakan (destruktif) menjadi cacat, dan dapat terbentuk gumma, gangosa, gondou, juxta articular nodes dan hiperkeratosis pada telapak tangan dan telapak kaki (Gambar 2). Gumma adalah benjolan menahun, mengalami perlunakan, ulserasi, destruktif terhadap jaringan di bawahnya. Dapat timbul di kulit maupun tulang dan sendi. Cacat ini mengakibatkan anak-anak tidak mau ke sekolah dan orang dewasa akan sulit mencari pekerjaan, Frambusia dapat mengakibatkan dampak sosial ekonomi dan masalah kemanusiaa

Stadium Laten (Latent yaws)

Stadium Laten merupakan fase tanpa gejala klinis, tetapi bakteri Frambusia masih aktif dan hasil uji serologi positif. Stadium ini terjadi ketika penderita dengan lesi Frambusia dapat sembuh tanpa pengobatan. Adanya Stadium Laten inilah yang akan menyulitkan upaya memutus mata rantai penularan Frambusia, karena penderita akan terus menjadi sumber penularan baru tanpa diketahui sumbernya. Bakteri Frambusia dapat bertahan sampai 5 tahun dalam tubuh seseorang dan di tengah-tengah masyarakat. Setiap satu kasus klinis Frambusia, diperkirakan terdapat lebih dari 2 penderita yang berada pada Stadium Laten. Oleh karena itu, sejak suatu daerah dinyatakan tidak ditemukan kasus klinis Frambusia (setelah dilaksanakan serangkaian upaya memutus rantai penularan Frambusia), surveilans harus tetap dilakukan

Cara Penularan:

  • Kontak langsung kulit-kulit melalui cairan eksudat
  • Bakteri tidak dapat menembus kulit utuh, tetapi masuk melalui luka lecet, goresan, atau luka infeksi kulit lain
  • Kontak melalui lalat, alat rumah tangga, keluarga
  • ASI dari ibu ke anak

Kuman penyebab Frambusia hanya hidup dalam tubuh manusia dan menular antar manusia. Pada dasarnya, penularan Frambusia pada suatu populasi dapat terhenti apabila setiap anggota penduduk melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat, terutama menjaga kebersihan perorangan seperti mandi menggunakan air dan sabun.

 

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor WA: 082170871455 dan alamat email: bungurantengahpuskesmas@gmail.com

– Promkes Puskesmas Bunguran Tengah –

TIPS PENCEGAHAN DBD

Kasus demam berdarah terjadi karena perilaku hidup masyarakat yang kurang memperhatikan kebersihan lingkungan. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan kematian dan dapat terjadi karena lingkungan yang kurang bersih. Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah merebaknya wabah DBD. Salah satu caranya adalah dengan melakukan PSN 3M Plus.

  1. Menguras, merupakan kegiatan membersihkan/menguras tempat yang sering menjadi penampungan air seperti bak mandi, kendi, toren air, drum dan tempat penampungan air lainnya. Dinding bak maupun penampungan air juga harus digosok untuk membersihkan dan membuang telur nyamuk yang menempel erat pada dinding tersebut. Saat musim hujan maupun pancaroba, kegiatan ini harus dilakukan setiap hari untuk memutus siklus hidup nyamuk yang dapat bertahan di tempat kering selama 6 bulan.
  2. Menutup, merupakan kegiatan menutup rapat tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi maupun drum. Menutup juga dapat diartikan sebagai kegiatan mengubur barang bekas di dalam tanah agar tidak membuat lingkungan semakin kotor dan dapat berpotensi menjadi sarang nyamuk.
  3. Memanfaatkan kembali limbah barang bekas yang bernilai ekonomis (daur ulang), kita juga disarankan untuk memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang-barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk demam berdarah.

Yang dimaksudkan Plus-nya adalah bentuk upaya pencegahan tambahan seperti berikut:

  • Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk
  • Menggunakan obat anti nyamuk
  • Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi
  • Gotong Royong membersihkan lingkungan
  • Periksa tempat-tempat penampungan air
  • Meletakkan pakaian bekas pakai dalam wadah tertutup
  • Memberikan larvasida pada penampungan air yang susah dikuras
  • Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar
  • Menanam tanaman pengusir nyamuk

 

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor WA: 082170871455 dan alamat email: bungurantengahpuskesmas@gmail.com

– Promkes Puskesmas Bunguran Tengah –

Pemberian Imunisasi Hepatitis B untuk Nakes

Hepatitis B merupakan peradangan hati yang disebabkan oleh Virus Hepatitis B (HBV), virus hepatitis B dapat menyebabkan infeksi kronis, dan menyebabkan kematian karena sirosis dan kanker hati, diperkirakan 296 juta orang di dunia terinfeksi virus hepatitis B. Di Asia Tenggara, diperkirakan ada sekitar 60 juta (45-121 juta) orang yang hidup dengan hepatitis B kronis. Di Indonesia sendiri, virus hepatitis B dan virus Hepatits C merupakan penyebab terbanyak hepatitis kronik, sirosis, kanker hati, dan kematian terkait penyakit hati.

Hepatitis B ditularkan melalui kontak darah dan kontak cairan tubuh dari orang yang terinfeksi virus hepatitis B. Tenaga medis dan tenaga kesehatan merupakan salah satu populasi yang memiliki risiko tinggi terpapar dengan darah dan cairan tubuh yang terinfeksi virus hepatitis B dan juga berpotensi menularkan virus hepatitis B kepada pasien.

Tingginya risiko paparan terhadap tenaga medis dan tenaga kesehatan terutama yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan, yang sering kali berada dalam kontak langsung dengan darah dan cairan tubuh pasien, organisasi kesehatan dunia (WHO) merekomendasikan untuk setiap negara menyediakan imunisasi hepatitis B bagi tenaga kesehatan untuk melindungi dari risiko infeksi hepatitis B dan mencegah penyebaran virus kepada pasien atau individu lainnya (Kemenkes, 2023, Petunjuk Teknis Pemberian Imunisasi Hepatitis B untuk Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan).

Pada Hari Senin, 19 Februari 2024 telah dilaksanakan pemberian imunisasi Hepatitis B untuk tenaga medis di Puskesmas Bunguran Tengah. Imunisasi diberikan kepada 17 orang tenaga medis, pemberian imunisasi Hepatitis B diawali dengan skrining kesehatan berupa pemeriksaan tes cepat HBsAG dan tes cepat antiHBs. Imunisasi baru diberikan pada sasaran dengan hasil skrining pra imunisasi menunjukkan HBsAg non reaktif (negatif) dan Anti-HBs non reaktif/negatif (setara dengan anti-HBs <10 mIU/mL).

Pemberian imunisasi diberikan sebanyak 3 dosis, dosis ke-1 diberikan pada bulan ke-0, dosis ke-2 diberikan 1 bulan setelah dosis ke-1, dan dosis ke-3 diberikan 5 bulan setelah dosis ke-2 secara intramuskular.

Dengan adanya imunisasi ini diharapkan dapat melindungi tenaga medis dan tenaga kesehatan di Puskesmas Bunguran Tengah.

Launching GERMAS MANDU

Harapan Jaya, 2 Februari 2024

Posyandu merupakan Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) yang merupakan wahana pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan yang dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk, dan bersama masyarakat, dengan pembinaan sektor kesehatan, lintas sektor, dan pemangku kepentingan terkait lainnya. Pemerintah menargetkan menurunkan angka stunting hingga 14% pada Tahun 2024, dan salah satu upaya dalam rangka pencegahan dan penanggulangan stunting dapat dilakukan di posyandu dengan melakukan pemantauan tumbuh kembang bayi balita. Orang tua perlu memantau tumbuh kembang anak, salah satunya memastikan anak memiliki berat badan yang ideal, dengan rutin memantau perkembangan anak, orang tua akan lebih mudah mengetahui gejala awal jika terjadi gangguan pada pertumbuhan anak.

Dalam rangka menekan angka stunting khususnya di Kecamatan Bunguran Tengah, Camat Bunguran Tengah Suhandrik, S.STP, M.AP meluncurkan program inovasi “GERMAS MANDU” (Gerakan Masyarakat Semangat ke Posyandu), inovasi ini bertujuan agar masyarakat Kecamatan Bunguran Tengah semangat datang ke posyandu.

Diharapkan dengan adanya inovasi GERMAS MANDU, kunjungan ke posyandu semakin bertambah serta dapat menurunkan angka stunting khususnya di Kecamatan Bunguran Tengah.

Puskesmas Bunguran Tengah Tandatangani MoU (Memorandum of Understanding) dengan Sekolah

Harapan Jaya, 27 Januari 2024

Kepala Puskesmas Bunguran Tengah dengan pihak sekolah menandatangani perjanjian kerja sama di Unit Kerja Satuan Pendidikan Formal (UKSPF) Desa Harapan Jaya, Kecamatan Bunguran Tengah. Perjanjian kerja sama terkait tentang pelaksanaan kegiatan di bidang kesehatan.

Turut hadir dan menyaksikan perwakilan sekolah yang berada di wilayah kerja Puskesmas Bunguran Tengah.

Kegiatan yang akan dilakukan diantaranya:

  1. Imunisasi
  2. Pemberian Obat Pencegahan Masal (POPM) kecacingan
  3. Pos Binaan Terpadu
  4. Skrining Kadar CO
  5. Implementasi Kawasan Tanpa Rokok
  6. Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
  7. Penimbangan Anak Pra Sekolah
  8. Penjaringan Anak Sekolah
  9. Inspeksi Kesehatan Lingkungan
  10. Kampanye CTPS
  11. Pemberian Tablet Tambah Darah pada Remaja Putri
  12. Pemeriksaan Kebugaran

Dengan adanya MoU ini diharapkan pihak puskesmas dan sekolah dapat melakukan kerja sama dengan baik terutama di bidang kesehatan, serta dapat meningkatkan kesehatan terutama pada masyarakat sekolah.